PUTRA LIYA TOGO

PUTRA LIYA TOGO
HONARI MOSEGA

20110216

SUNGGUH IRONIS

TERNYATA pariwisata di Wakatobi hanya menjadi komoditas yang menguntungkan bagi sedikit orang. Pariwisata hanya indah sebagai senandung bagi turis yang gandrung dengan hal-hal yang eksotis. Pariwisata hanya menakjubkan bagi mereka yang tak pernah lihat laut yang masih biru dan indah. Sementara bagi warga setempat, wisata justru menjadi mimpi buruk dan bencana karena tidak memberi manfaat bagi mereka.
Persoalan sebutan taman wisata yang indah itu hanyalah konsep belaka dari yang datang dari para pelancong. Sementara bagi orang Wakatobi sendiri, tak ada yang berubah. Hari-hari berjalan dengan biasa dan mereka masih harus melemparkan jala ke laut demi mendapatkan ikan. Malah, sejak konsep wisata itu kian dipertegas, penduduk Wakatobi justru semakin kesulitan. Para nelayan mulai dibatasi untuk menangkap ikan jenis tertentu sebab disebut pemerintah sebagai ikan langka. Tiba-tiba saja mereka harus diajari cara menangkap ikan yang benar –yang katanya tidak merusak karang. Ini jelas mengabaikan fakta bahwa sejak dulu bangsa Wakatobi telah kenyang asam garam di laut. Sejak dulu mereka sudah terbiasa menyaksikan ombak ganas dan punya setumpuk pengetahuan lokal tentang cara menangkap ikan sejak masa nenek moyang mereka dahulu.

20101226

पेमुगारण बेन्तेंग केरतों LIYA

Liputan6.com, Kendari: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) menyetujui pemugaran Benteng Liya Togo seluas 30 hektare di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. "Mendahului pemugaran itu, Kemenbudpar tahun 2011 melakukan kajian teknik, terutama konstruksi benteng," kata Kepala Seksi Kepurbakalaan dan Situs Sejarah Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Sultra Ali Agmadi, Sabtu (18/12).

Ali Ahmadi tak merinci alokasi anggaran yang akan dikucurkan Kemenbudpar untuk kajian teknik pemugaran benteng. Dia hanya mengatakan, seluruh kegiatan dalam pengkajian teknik pemugaran dilaksanakan sendiri oleh Kemenbudpar.

"Kita di daerah hanya diberitahukan persetujuan pemugaran itu. Karena memang yang mengusulkan untuk dilakukan pemugaran itu kita sendiri," kata Ali Ahmadi.

Menurut Ali Ahmadi, Kemenbudpar sudah merencakan anggaran pemugaran benteng Liya sebesar Rp 2,7 miliar yang akan dikucurkan pada 2012. "Kemenbudpar sudah menyampaikan itu kepada kami melalui surat resmi," lanjut Ali.

Benteng Liya Togo adalah salah satu benteng yang menjadi pusat penyebaran Islam di Kesultanan Buton pada masa lampau. Di dalam benteng seluas 30 hektare itu terdapat masjid tua yang diperkirakan dibangun pada abad ke 16 Masehi. Konstruksi benteng dan bangunan masjid mirip dengan konstruksi benteng dan Masjid Keraton Buton di Kota Baubau.

Menurut Ali Ahmadi, Kemebudpar menyetujui pemugaran benteng dan masjid karena Wakatobi saat ini sudah menjadi daerah tujuan wisata dunia. "Benteng Liya Togo, merupakan salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi para turis mancanegara," kata Ali

















KEPUTUSAN BADAN PENGURUS PUSAT

FORUM KOMUNIKASI KELUARGA BESAR LIYA
SULAWESI TENGGARA
NOMOR : 12/BP/FORKOM-KABALI-Sultra/V/2010

TENTANG
PEMBENTUKAN WADAH ORGANISASI KOMUNITAS PEMUDA PEMUDI
KELUARGA BESAR LIYA (KOMPI KABALI) KENDARI


BADAN PENGURUS PUSAT:

Menimbang : a। bahwa dalam rangka mendukung Program Kerja Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Keluarga Besar Liya (Forkom KABALI) Provinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana yang diamanahkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Forkom KABALI khususnya di Bidang Pelestarian Kebudayaan maka diperlukan partisipasi aktif dari kalangan kepemudaan, pelajar dan mahasiswa dalam lingkup Keluarga Besar Liya yang berada di Kendari;

b. bahwa untuk menampung partisipasi aktif dari kalangan kepemudaan, pelajar dan mahasiswa sebagaimana dimaksud pada butir a di atas, maka perlu dibentuk suatu wadah organisasi untuk menyalurkan aspirasi mereka yang mana dalam kegiatannya senantiasa dibawah control secara langsung oleh Forkom KABALI;

c. bahwa nama-nama yang tercantum dalam lampiran surat keputusan ini dipandang cakap dan mampu untuk menempati posisi dalam wadah organisasi kepemudaan, pelajar dan mahasiswa dalam suatu wadah yang disebut Komunitas Pemuda Pemudi Keluarga Besar Liya (KOMPI KABALI) Kendari dan selanjutnya ditetapkan dalam surat keputusan ini.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;

2. Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

3. Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata;

5. Peraturan Pemerintah Nomor: 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Organisasi Kemasyarakatan;

6. Akta Pendirian Forkom KABALI Nomor: 09 Tahun 2009, tanggal 8 Desember 2009;

7. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Forkom KABALI.

Memperhatikan : 1. Hasil konsultasi Badan Pengurus Pusat Forkom KABALI dengan Bupati Wakatobi pada hari minggu, tanggal 14 Februari 2010 di Kendari;



2. Pertemuan Silaturrahim Badan Pengurus Pusat Forkom KABALI pada hari Minggu, tanggal 4 April 2010, telah disepakati untuk segera membentuk wadah organisasi yang dapat menampung kepemudaan, pelajar dan mahasiswa Liya khususnya yang berdomisili di Kendari.


MEMUTUSKAN
Menetapkan

Kesatu : Membentuk wadah organisasi kepemudaan, pelajar dan mahasiswa asal Liya di Kendari dengan nama organisasi Komunitas Pemuda Pemudi Keluarga Besar Liya (KOMPI KABALI) sebagaimana susunan pengurus terlampir dalam surat keputusan ini.

Kedua : Dalam Pelaksanaannya, pengurus KOMPI KABALI memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Melakukan tugas-tugas dalam bidang pelestarian adat istiadat, tradisi, seni budaya dalam lingkup Kebudayaan Liya sekaligus mengembangkannya;

Melindungi, mengamankan dan menjalankan program kerja Badan Pengurus Pusat Forkom KABALI sebagaimana yang diamanahkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi;

Melaksanakan kegiatan rutin dan berkala berupa bakti sosial khusus bidang kebudayaan dan kesehatan kepada warga Liya dikampung halaman dengan melibatkan unsur-unsur para tokoh sejarahwan, budayawan, akademisi, dokter dan para medis;

Mengadakan pagelaran seni budaya secara berkala dengan melibatkan para seniman asal liya;

Melakukan koordinasi dan evaluasi internal secara terus menerus atas eksistensi para anggota KOMPI KABALI sehingga setiap saat dapat diketahui permaslahan-permasalahan yang dialami oleh anggota;

Melakukan konsultasi, koordinasi atas segala rencana sikap, tindak dan aktivitasnya dengan senantiasa menghormati segala saran dan masukan atas hasil-hasil keputusan rapat dari Badan Pengurus Pusat Forkom KABALI;

Melaporkan segala hasil sikap, tindak dan kegiatannya kepada Badan Pengurus Pusat Forkom KABALI secara periodic minimal 3 (tiga) bulan sekali.

Ketiga : Biaya dalam pelaksanaan Operasionalisasi KOMPI KABALI bersumber dari iuran tetap anggota, dan sumber-sumber penerimaan lain yang sah dan tidak mengikat.

Keempat : Masa kerja kepengurusan KOMPI KABALI Kendari, berlangsung selama 2 (dua) tahun lamanya dan setelah itu akan diperpanjang kembali dengan mempertahankan dan atau merubah susunan pengurus sesuai dengan keadaan waktu itu;

Kelima : Dengan terbitnya Surat Keputusan ini, maka SK No. 07/BP/FORKOM-KABALI-Sultra/IV/2010, tanggal, 05 April 2010 tentang Pembentukan Wadah Organisasi Komunitas Pemuda Pemudi (KOMPI KABALI) Kendari, dinyatakan batal dengan sendirinya dan tidak berlaku.




Keenam : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila ternyata di kemudian hari terdapat kekeliruan maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI KENDARI
PADA TANGGAL 01 MEI 2010

BADAN PENGURUS PUSAT
FORUM KOMUNIKASI KELUARGA BESAR LIYA (FORKOM KABALI)
SULAWESI TENGGARA


K E T U A, SEKRETARIS,




Ir. LD. MUH. ALI HABIU, AMts, M.Si UMAR ODE HASANI, SP, M.Si

Tembusan:
Gubernur Sulawesi Tenggara di Kendari;
Walikota Kendari di Kendari;
Bupati Wakatobi di Wangi-Wangi;
Badan Pendiri Forkom KABALI Sultra (sebagai laporan) di Kendari;
Masing-masing Ketua Cabang Forkom Kabali se-Indonesia;
Masing-Masing yang bersangkutan;
Pertinggal.


SUSUNAN PENGURUS KOMUNITAS PEMUDA PEMUDI
KELUARGA BESAR LIYA (KOMPI KABALI) LEMBAGA ADAT KABALI
TAHUN 2010

Dewan Pelindung

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA
WALIKOTA KENDARI
BUPATI WAKATOBI

Dewan Penasehat

Dewan Penasehat Badan Pengurus Pusat Forkom KABALI Sultra,
Tokoh Masyarakat Liya di Kendari.

3. Pengurus Harian:

Ketua : LA ODE MUSRIN
Wakil Ketua : LA ODE FAISAL KASMIANTO
Sekretaris : LA ODE AHMADI
Wakil Sekretaris : SYAMSUL KAMALI
Bendahara : LA ODE AGUSTIANSYAH

Bidang-Bidang :

Bidang Kesekretariatan
1. LA ODE MUH. BAABUR Koordinator
2. BOY SUSANTO Anggota
3. ODE CHAIRIL MUH. RIDWAN Anggota
4. RAHMAN HIDAYAH Anggota
5. SAMRIADIN Anggota

Bidang Usaha Dana
1. YUSNIARTI BADU Koordinator
2. WA ODE FARIDAN Anggota
3. ABDUL GANIRU Anggota
4. WA ODE ELVI Anggota
5. WA HASRI Anggota

Bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS)
1. LA ODE SARDIMIN Koordinator
2. LA ODE HARIS IDRIS Anggota
3. LM. RAODA Anggota
4. WA ODE WONI Anggota
5. WA ODE ANY ATI Anggota


Bidang Pendidikan dan Pelestarian Kebudayaan
1. LA APA Koordinator
2. LA ODE CHASRUL MUH. RIDWAN Anggota
3. LUKMAN SALAGU Anggota
4. LA ODE APRIADI MARSIDI Anggota
5. LM. RANDY. E. SUNARNO Anggota


DITETAPKAN DI KENDARI
PADA TANGGAL 02 MEI 2010

BADAN PENGURUS PUSAT
FORUM KOMUNIKASI KELUARGA BESAR LIYA (FORKOM KABALI)
SULAWESI TENGGARA


K E T U A, SEKRETARIS,



Ir. LD. MUH. ALI HABIU, AMts, M.Si UMAR ODE HASANI, SP, M.Si

BENTENG KERATON LIYA KEMUNGKINAN BISA LEBIH LUAS DARI BENTENG KERATON WOLIO

Benteng keraton Liya seperti halnya benteng lainnya di nusantara dilengkapi dengan kelengkapan Lingga dan Yoni. Lingga = Watu Liya dan Yono = Watu Sahuu. Sedangkan atribut benteng lainnya adalah berupa Mesjid, Meriam, Kamali atau Istana, Baruga, Sumur Tua, Sebaran Keramik Cina, Pekuburan Tua, Batu Ghaib (Watu Poila), Pintu Masuk (Lawa) dan lain sebagainya.
Adanya benteng yang kokoh di Liya sangat berkaitan dengan fenomena bajak laut yang beroperasi di perairan tukang besi. Bajak laut tersebut yang beroperasi di perairan Tukang Besi berasal dari Papua, Tobelo, Lanun, Balangngi dan Mangindanao. Dari sekian suku bajak laut tersebut, bajak laut Tobelolah yang sering sekali mengganggu perairan wilayah ini yang diperkirakan terjadi sejak Abad Ke 18-19 karena perairan tukang besi merupakan jalur palayaran singkat antara barat dan timur serta merupakan wilayah transit untuk menuju ke pulau penghasil rempah-rempah seperti Maluku, Ternate dan sekitarnya.
Benteng ini diperkirakan mulai dibangun atau dierbaharui sejak Sultan Ke-IX Lang Kariri pada tahun 1712 dengan gelar Sakiunuddin Darul Alam berkuasa. Sultan ke IX memiliki 4 orang anak 3 laki-laki dan 1 orang perempuan dan salah satu orang anak laki-laki ini yang bernama La Ode Ali diperintahkan untuk memerintah dan menjadi Raja Liya Pertama dengan perkiraan terjadi tahun 1730. Namun demikian sejak awal Abad XI diperkirakan sudah ada tuan-tuan tanah atau penguasa kampung yang sering dikenal juga dengan istilah raja-raja kecil di Liya dan sekitarnya yang berpusat di pulau Oroho yang merupakan penyebaran dari perajurit-perajurit perang Putri Khan sebagai Raja Pertama di pulau Buton yang bermukim di gunung Ba'ana Meja Kamaru.
Luas Benteng Keraton Wolio diperkirakan seluas 23.375 Ha dengan panjang keliling 2740 meter dan tinggi 4 meter, lebar 2 meter memiliki 12 pintu masuk (Lawa) dan dibangun sejak pemerintahan Sultan Buton ke-VI bernama Gafarul Wadudu tahun 1632-1645.
Luas Benteng Keraton Liya diperkirakan hampir sama atau mungkin lebih luas dari Benteng Wolio mengingat panjang keliling Benteng Keraton Liya bisa mencapai 3.000 meter atau lebih?! dan memiliki 13 pintu masuk (Lawa). Untuk itu masih diperlukan penelitian secara aksiologis melalui suatu pengukuran secara langsung di lapangan atas setlemen Benteng Keraton Liya ini sehingga sejarah akan membuktikan apakah Benteng Keraton Liya Lebih Luas dari pada Benteng Keraton Wolio atau sebaliknya. Di Keraton Wolio terdapat lubang ghaib tembus Ka'bah Baitullah saat ini letaknya dalam mihrab (tempat Imam pimpin shalat) dalam mesjid Agung Keraton Wolio, namun kalau di Keraton Liya lubang ghaib tembus Ka'bah Baitullah letaknya sekitar 40 depah belakang mesjid Agung Keraton Liya.
Kini Benteng Keraton Liya yang kita banggakan ini telah mengalami degradasi dan kerusakan yang boleh dikatakan terbilang sangat parah. Oleh karena itu kini tiba saatnya dibutuhkan perhatian pemerintah pusat secara serius untuk segera melakukan rekonstruksi berupa studi teknis, pemetaan, pemintakan maupun pemugaran secara bertahap dan kini terjawab sudah teka teki yang selama ini menjadi pertanyaan para budayawan liya yakni mulai tahun 2010 ini melalui BP-3 Makassar sudah akan segera melakukan studi teknis penanganan Benteng Keraton Liya.
Semoga kita semua warga Togo Liya peduli dan bertekad untuk bersama melestarikannya, mengingat dari sejumlah 116 benteng yang terdapat di wilayah eks Kesultanan Buton hanya Benteng Liya memiliki luas benteng yang relatif besar menyamai atau bahkan melebihi luas Benteng Keraton Wolio. Mari kita menunggu pembuktiannya dari hasil studi teknis akan datang।
लिंक http://forkomkabali.blogspot.com

20101225

Wakatobi Siapkan 30 Hektare untuk Sekolah Perikanan Internasional
Sabtu, 25 Desember 2010



WANCI--MICOM: Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menyiapkan lokasi seluas 30 hektare di Desa Liya Raya, Wangi-wangi Selatan, untuk pembangunan kampus Sekolah Perikanan Internasional (SPI).

"SPI ini akan dibangun mulai tahun 2011 oleh Kementerian Departemen Kelautan dan Perikanan," kata Bupati Wakatobi, Hugua, di Wanaci, Sabtu (25/12).

Menurut Hugua, Kementerian DKP memilih Wakatobi sebagai lokasi pendirian SPI atas pertimbangan bahwa wilayah Wakatobi seluas 1,4 juta hektare itu masuk dalam kawasan Taman Laut Nasional Wakatobi yang di dalamnya terdapat kurang lebih 750 spsies terumbu karang dan beragam jenis biota laut.

Selain itu kata dia, di Wakatobi saat ini juga telah berdiri laboratorium bawah laut yang menjadi pusat penelitian berbagai jenis terumbu karang paling aktif di pusat segi tiga terumbu karang dunia.

"Kedua hal itu yang menjadi pertimbangan utama Kementerian Kelautan dan Perikanan menempatkan Sekolah Perikanan Internasional ini di Wakatobi," katanya.

Hugua mengatakan, para pelajar yang akan sekolah di SPI tersebut selain dari putra-putri Indonesia, terutama Wakatobi, juga akan berasal dari lima negara yang berada di kawasan Setiga Tiga Terumbu Karanga Dunia.

Kelima negara tersebut masing-masing Timor Leste, Kepulauan Selamon, Filipina, Papua Nugini, dan Malaysia.

"Tenaga pengajar yang akan mengajar di sekolah itu, para pakar kelautan dari berbagai dunia yang dikoordinasikan langsung oleh PBB melalui Unesco," katanya.

Selain bangunan kampus untuk ruang kuliah dengan berbagai fasilitas pendukungnya, di dalam kawasan seluas 30 hektare yang disiapkan Pemerintah Kabupaten Wakatobi, juga akan dibangun asrama mahasiswa dan perumahan untuk tempat tinggal para tenaga pengajar dan pegawai administrasi SPI tersebut.

20100602

HONARI MOSEGA



LA ODE MUSRIN, penari honari mosega, dalam adat liya ini merupakan sebuah tarian perang'. dimana tarian tersebut adalah warisaan dari leluhur liya, hingga pada suatu festfal di wakatobi tarian honari mosega di klaim sebagai tarian milik daerah lain di wakatobi, hingga warga liya mengecam atas tindakan itu. olehnya itu, berkat terbentuknya forum komunikasi keluarga besar liya. yang menjujunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan mereka telah berhasil mengankat kembali tarian tersebut sebagai tarian asli milik LIYA. dengan mendatangkan pelatih honari mosega dari liya. dan sebagai pelaksan tarian honari mosega adalah mahasiswa-mahsiswa kendari asal liya. (kompi kabali. sungguh suatu tindakan yang nyata yang telah di lakukan oleh forkom kabali dan kompi kabali. hal ini sangat bertentangan dengan beberapa pendapat orang-orang tertentu yang ingin menghancurkan dan menjelekan organisasi tersebut yang baru berusia 8 Bulan. berdiri.

20100523

http://www.zwani.com/graphics/animated/images/1animated183.gif
WANGWANGI-
Kabupaten Wakatobi, selain memiliki obyek wisata berupa taman di bawah laut yang terindah didunia, juga terdapat aneka ragam obyek wisata budaya . Salah satunya adalah Benteng Liya di Desa Liya Togo Kecamatan Wangiwangi Selatan. Pada obyek wisata ini terdapat situs peninggalan sejarah, namun benteng tersebut sedikit luput dari perhatian pemerintah, dan belum sepenuhnya mendapat sentuhan dan perbaikan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

La Ode Nuru, salah seorang tokoh masyarakat, yang juga pemerhati peninggalan sejarah menuturkan, Benteng Liya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan. Di dalamnya terdapat banyak benda-benda peninggalan situs sejarah, seperti meriam, masjid peninggal Kesultanan Buton, kuburan Talo-Talo dan ada banyak tempat bersejarah yang menjadi bukti sejarah peradaban Islam di Liya.

Namun, karena kurang terawat, maka situs tersebut tinggal menyisahkan kumpulan-kumpulan batu berserakan. Dia menambahkan, kuburan ini oleh masyarakat setempat juga dianggap tempat yang dikeramatkan, sehingga pada saat-saat tertentu sering dikunjungi masyarakat untuk meminta restu, bila ada hajatan, semisal Pilcaleg.

”Sebelum Pemilu legislatif lalu, banyak Caleg yang datang meminta wangsit di benteng tersebut,” ujar La Ode Nuru bersemangat. Menurutnya, benteng Liya merupakan obyek wisata andalan di Wakatobi, karena letaknya sangat strategis, dekat dengan jantung kota, berada diatas puncak tertinggi Pulau Tomia.

”Bila berada ditempat itu, kita akan melihat hamparan laut lepas, juga nampak dikejauhan karang Pulau Kaledupa dan Pulau Tomia, dan Pulau Binongko. Bahkan sesekali Pulau Runduma juga bisa nampak. Yang menarik lagi, suasana didalam benteng itu sangat Asri, dingin dan sejuk karena masih terdapat pepohonan besar yang masih terjaga, tidak bisa ditebang,” paparnya.

Berdasarkan informasi Kepala Desa Liya, LaOde Mane, yang paling mendesak untuk direhabilitasi adalah pemugaran pagar benteng dan penataan benda-benda bersejarah. ”Sekaligus areal parkir kendaraan pengunjung dan tangga naik menuju kuburan keramat, sehingga memudahkan wisatawan melihat lebih dekat lagi,” katanya.

La Kii warga setempat menuturkan, pengunjung benteng cukup banyak, dan biasanya mencapai puncak menjelang musim naik haji. Menjelang keberangkatan jamah haji, banyak calon jamaah haji beserta keeluarganya mengadakan acara hajatan didalam benteng.

Untuk itu, La Kii berharap Pemda Wakatobi menganggarkan pembangunan rehabilitasi dan renovasi Benteng Liya tersebut. ”Disini belum ada tempat parkir kendaraan, dan jalan kepekuburan saat musim hujan sangat licin karena belum sepenuhnya di buatkan jalan setapak,” imbuhnya. (p2)