TERNYATA pariwisata di Wakatobi hanya menjadi komoditas yang menguntungkan bagi sedikit orang. Pariwisata hanya indah sebagai senandung bagi turis yang gandrung dengan hal-hal yang eksotis. Pariwisata hanya menakjubkan bagi mereka yang tak pernah lihat laut yang masih biru dan indah. Sementara bagi warga setempat, wisata justru menjadi mimpi buruk dan bencana karena tidak memberi manfaat bagi mereka.
Persoalan sebutan taman wisata yang indah itu hanyalah konsep belaka dari yang datang dari para pelancong. Sementara bagi orang Wakatobi sendiri, tak ada yang berubah. Hari-hari berjalan dengan biasa dan mereka masih harus melemparkan jala ke laut demi mendapatkan ikan. Malah, sejak konsep wisata itu kian dipertegas, penduduk Wakatobi justru semakin kesulitan. Para nelayan mulai dibatasi untuk menangkap ikan jenis tertentu sebab disebut pemerintah sebagai ikan langka. Tiba-tiba saja mereka harus diajari cara menangkap ikan yang benar –yang katanya tidak merusak karang. Ini jelas mengabaikan fakta bahwa sejak dulu bangsa Wakatobi telah kenyang asam garam di laut. Sejak dulu mereka sudah terbiasa menyaksikan ombak ganas dan punya setumpuk pengetahuan lokal tentang cara menangkap ikan sejak masa nenek moyang mereka dahulu.